Beberapa waktu belakangan ini, publik tidak henti-hentinya digegerkan
oleh isu hate speech dan penodaan
agama. Bermula dari kasus yang sangat besar yakni penodaan agama oleh Ahok
hingga berujung pada unjuk rasa di Monas, sampai Rocky Gerung di acara televisi
swasta beberapa hari yang lalu. Walaupun Rocky Gerung yang memberikan
pernyataan bahwa Al Qur’an adalah fiksi belum ditetapkan sebagai seseorang yang
melakukan hate speech atau penodaan
agama, namun, statmennya telah membuat gaduh natizen di media sosial.
‘Islam’ sebagai agama mayoritas di Indonesia cukup
signifikan menjadi isu utama. Dulu sebelum reformasi, perkembangan Islam belum
begitu signifikan. Berbeda dengan sekarang, dimana ormas Islam sudah banyak
bermunculan, partai Islam sudah semakin banyak dukungan, artis yang berubah
lebih Islami juga semakin banyak, dan para alim ulama sudah mendapatkan tempat
di hati masyarakat luas.
Tidak bisa dipungkiri, isu yang berkaitan dengan Islam lebih
mudah digoreng oleh media. Banyak perhatian masyarakat terfokus pada isu-isu
tersebut. Bagi umat Islam, hal ini wajar karena menyangkut prinsip hidup dan
kepercayaan yang mereka yakini. Sehingga, mereka akan memberikan perhatian pada
isu-isu tersebut.
Isu hate speech dan
penodaan agama yang akhirnya menjadi wabah di masyarakat setidaknya telah menimbulkan
beberapa keresahan sebagai berikut:
- Masyarakat dengan mudah saling menghakimi
- Timbul kebencian antar penganut agama
- Munculnya sifat provokatif dibanding solutif
- Keresahan berbagai elemen masyarakat
Penganut agama tidak bisa disalahkan karena isu ini. Apa
yang mereka lakukan merupakan respon kejadian yang mereka lihat, mereka dengar,
dan mereka rasakan. Penganut agama yang taat tentu akan rela mati demi membela
akidahnya. Hanya saja, sangat disayangkan jika masyarakat merespon dengan provokatif.
Ada sebuah pribahasa mengatakan tidak akan ada asap jika tidak ada api. Masyarakat tidak akan gaduh jika tidak ada oknum yang memantik api sehingga
dapat menyulut kemarahan. Mungkin tepat jika masyarakat tidak diperbolehkan berbicara
perihal agama jika mereka tidak mengerti dan benar-benar memahaminya.
Akal manusia yang dianggap sebagai dewa terkadang membuatnya
tinggi hati dengan mudah membicarakan hal-hal yang tidak diketahui secara
menyeluruh, sehingga mengakibatkan pro dan kontra (kegaduhan) di masyarakat.
![]() |
foto: breitbart.com |
Isu yang menyinggung agama, bisa menjadi isu yang menyebabkan
perpecahan di masyarakat jika masyarakat rentan diadu domba oleh oknum-oknum
yang tidak bertanggungjawab. Isu ini tidak jarang digunakan sebagai dalih
politik, sehingga semakin renyah disantap oleh masyarakat. Mungkin, masyarakat
tidak pernah tahu agenda setting yang
telah dibuat dibalik isu hate speech
dan penodaan agama. Tentunya, ada oknum yang akan meraih keuntungan dari beredarnya
isu tersebut.
Penangkapan para pelaku hate
speech dan penodaan agama tidak membuat jera para oknum yang terus membuat hate speech dan penodaan agama dalam
bentuk baru. Saya selalu berfikir apa yang mereka dapatkan dari tindakan
tersebut, agar mereka dapat lebih terkenal atau mereka dapat kompensasi lain dari
agenda tersebut?
Menurut Max Weber untuk mencapai tata tertib dan ketertiban,
pihak yang berwenang dapat melakukan paksaan sebagai hukuman. Namun, paksaaan
atau hukuman yang telah dilakukan kepada beberapa pelaku hate speech dan penodaan agama tidak juga membuat masyarakat jera.
Oleh sebab itu, pendidikan masyarakat penting dilakukan untuk mencegah
terjadinnya hate speech dan penodaan
agama kembali terulang.
Siapa yang bertanggungjawab dalam hal ini, tentu saja tidak
hanya pemerintah, media juga berperan besar dalam memberikan pendidikan kepada
masyarakat. Selain itu para tokoh dan influencer
juga dituntut untuk memberikan contoh yang baik kepada masyarakat.
![]() |
foto: arrahmahnews.com |
Sebagai natizen, bijaklah dalam merespon berbagai isu
khususnya isu yang menyinggung persoalan agama. Tidak pantas jika kita mengaku
beragama dan mengamalkan pancasila menjawab isu dengan emosi dan arogansi. Isu hate speech dan penodaan agama
setidaknya membuka mata dan hati kita untuk memahami agama secara lebih
mendalam. Agar kita tidak mudah terprovokasi dan menebar kebencian, jagalah
kesatuan NKRI.
Suka sama kalimat penutupnya. Isu ini sebaiknya justru menguatkan kita yang mengaku muslim utk memahami agama secara lebih mendalam.
BalasHapusIyapzzz.. Krn banyak isu yg justru membuat banyak org insyaf, seperti isu Ahok yg berujung pd demo 212
HapusKusedih karena Indonesia masih sensitif sekalii soal agama ini. kalau aja kita buka mata dan hati untuk mempelajari lebih dalam, gak perlu lah sampe begini. Huhu, majulah Indonesiaku, sibukkan negara dengan kegiatan positif.. puhleasee
BalasHapusYupz mb dwi..
Hapussemoga Indonesi bisa sembuh dari hal-hal seperti ini segera
BalasHapus